Amerika Serikat mulai cari Sekutu Baru : Seputar Informasi

Mundurnya Musharraf tidak hanya akan berdampak pada pemerintahan dan dunia politik di Pakistan. Keputusannya itu juga akan berpengaruh besar pada kampanye perang melawan terorisme yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Sebagaimana diketahui, Musharraf adalah sekutu kuat Presiden AS George W Bush dalam kampanye antiterorisme itu. Dengan keluarnya Musharraf dari panggung politik Pakistan, sekarang pejabat Washington harus berhadapan dengan pemerintahan baru yang dipimpin koalisi pemenang pemilu yang sampai saat ini membuktikan diri tidak ingin atau tidak mampu menangani terus meluasnya pemberontakan Taliban yang berusaha menggulingkan pemerintahan Pakistan.

Pertanyaan siapa yang akan menggantikan Musharraf tentulah menjadi isu penting di antara partai politik yang membentuk koalisi. "Selama bertahun-tahun sudah kami katakan bahwa Musharraf adalah taruhan terbaik kami dan kekhawatiran saya adalah kita akan tahu bahwa itu benar," kata seorang pejabat senior pemerintahan Bush, yang mengakui bahwa AS telah terlalu lama terikat dengan Musharraf dan mengembangkan sedikit hubungan di Pakistan sebagai antisipasi situasi, kepada New York Times.

Pejabat pemerintahan AS kini juga harus menemukan sekutu dalam pemerintahan sipil baru Pakistan yang sampai saat ini memperlihatkan sedikit ketertarikan dalam memerangi militan dari Taliban dan Al Qaeda yang bersembunyi di kawasan perbatasan Pakistan-Afghanistan.

Pada saat yang sama, kecurigaan antara agen intelijen Amerika dan Pakistan dengan militer mereka terus menguat dan hubungan kedua negara berada di level terendah sejak Musharraf berikrar bersekutu dengan AS setelah serangan 11 September 2001. Salah satu fokus kekhawatiran AS terhadap Pakistan adalah perang di Afghanistan, yang telah dipicu milisi Taliban dan Al Qaeda yang menggunakan Pakistan sebagai markas melakukan serangan mematikan di lintas perbatasan.

Setelah bertahun-tahun Musharraf membuktikan bahwa dia tidak mampu atau memang tidak mau menumpas militan di Pakistan, pejabat Amerika mengatakan, saat ini mereka jadi lebih skeptis karena bisa menghitung kerja sama dengan pemimpin militer Pakistan, bahkan termasuk Jenderal Ashfaq Parvez Kayani, mantan kepala agen mata-mata Pakistan yang menggantikan Musharraf sebagai kepala militer pada November lalu.

Sementara itu, pemerintahan koalisi saat ini tidak punya "pemahaman" tentang pemberontakan, demikian diungkapkan mantan menteri dalam negeri Aftab Ahmed Khan Sherpao. "Mereka hanya punya satu kebijakan untuk konsumsi domestik. Berdamailah, angkatan darat tidak perlu turun. Lantas, kepada orang asing, mereka mengatakan, 'Kami akan berjuang', katanya.

Tantangan terbesar Washington saat ini adalah menarik perhatian dua pemimpin koalisi, Asif Ali Zardari dan Nawaz Sharif, terhadap meningkatnya serangan Taliban yang tidak hanya akan mengancam tentara Amerika di Afghanistan, tapi juga mengancam mendestabilisasi Pakistan sendiri.

Kampanye antimilitan memang tidak populer di Pakistan karena itu dilihat sebagai konflik Amerika yang meluas di negara tersebut.Washington sendiri tampaknya ingin agar pemerintahan baru saat ini menjelaskan kepada publik bahwa usaha untuk memerangi Taliban adalah kepentingan Pakistan sendiri.

(www.okezone.com)

POJOK SAHABAT